PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Formalin adalah
larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa digunakan untuk
mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat. Formalin merupakan bahan
kimia yang disalahgunakan pada pengawetan tahu, mie basah, dan bakso.
Formaldehid (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang
padasuhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas
(menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan
sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Djoko, 2006).
Boraks merupakan
garam natrium Na2B4O7.10H2O serta asam borat yang tidak merupakan kategori
bahan tambahan pangan food grade, biasanya digunakan dalam industri nonpangan
seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu, dan produk antiseptik toilet
(Didinkaem, 2007).
Di industri
farmasi, boraks digunakan sebagai ramuan bahan baku obat seperti bedak, larutan
kompres, obat oles mulut, semprot hidung, salep dan pencuci mata. Bahan
industri tersebut tidak boleh diminum karena baracun (Winarmo, 1997).
Senyawa-senyawa
asam boraks ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur
sekitar 171°C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5
bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah
dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap
dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 C yang
secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam boraksmerupakan asam
lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83
berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan
tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).
Penggunaan
boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain
digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan
efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan
formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung
dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh
tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar),
sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh
akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram
perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau
lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika
dosisnya telah mencapai 10 – 20 g atau lebih (Laetitia, 2006).
Tujuan Praktikum
·
Untuk mengetahui
kandungan boraks pada makanan
·
Untuk mengetahui
kandungan formalin pada makanan
TINJAUAN
PUSTAKA
Boraks merupakan
salah satu zat aditif pada makanan. Yakni zat yang ditambahkan dan dicampurkan
pada makanan sewaktu pengolahan makanan dengan maksud untuk menarik (pewarna),
menambah selera (pemanis), menyedapkan (penyedap), mengharumkan dan sebagai
pengawet makanan serta pengenyal. Boraks yang dipergunakan sebagai pengenyal
berupa sodium boraks, yang dalam istilah awamnya disebut bleng. Banyak makanan
yang berasal dari Jawa mempergunakan bleng sebagai salah satu bahan dasar
pengolahan makanan, seperti gendar atau puli, lopis, dan kerupuk gendar atau
karak. Memang dari segi rasa, makanan tersebut digemari oleh masyarakat, karena
selain enak, gurih, dan kenyal, juga tahan lama. Bleng juga dipergunakan dalam
pembuatan bakso dan mie agar kenyal, menggurihkan makanan, serta tahan lama
(Aryani, 2006).
Pemerintah telah
memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi oleh UU
Kesehatan dan Keselamatan Nasional, batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram
pangan, bila lebih, itu ilegal, pelaku akan dipajara 12 tahun bila menambahkan
lebih dari 1 gram per 1 kilogram pangan (Wikipedia, 2013).
Penggunaan
boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain
digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan
efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan
formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung
dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh
tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar),
sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh
akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram
perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau
lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika
dosisnya telah mencapai 10 – 20 g atau lebih (Laetitia, 2006).
Senyawa kimia
formaldehida (metanal atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO,
yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan
yang dikenal sebagai paraf ormaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya
disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksander Butlerov tahun 1859, tapi
diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.Pada umumnya, formaldehida terbentuk
akibat reaksi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida
bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung
dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam
atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen
terhadap metana danhidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam
kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme,
termasuk manusia (Aras, 2013).
Formalin tidak
diizinkan ditambahkan ke dalam bahan makanan atau digunakan sebagai pengawet
makanan, tetapi formalin mudah diperoleh dipasar bebas dengan harga murah.
Adapun landasan hukum yang dapat digunakan dalam pengaturan formalin, yaituUU
Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, UU
Nomor8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Kepmenkes
Nomor1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan, dan SK Memperindag
Nomor 254/2000 tentang Tataniaga Impor dan Peredaran Bahan Berbahaya (Anonim,
2012).
BAHAN
DAN METODA
Tempat Dan Waktu Praktikum
Kegiatan
Praktikum Kimia Pertanian Dilaksanakan di Laboratorium Kebun Percobaan
Universitas Pembangunan Panca Budi Medan Pada Hari Senin Tanggal 14 November
2016 Pukul 09:00 WIB.
Bahan Dan Alat
Bahan
Kunyit
100 gram, kulit buah naga 100 gram, ubi Ungu 100 gram, sampel makanan (Bakso,
mie, dan tahu) 100 gram, formalin, asam borat, air/aquadest, dan kertas
saring/whattman.
Alat
Tiga
mortal dan alu, tiga beaker glass dan tiga petridish.
Metoda
A. Pembuatan
paper test
·
Kunyit ditumbuk halus
dengan menggunakan mortal dan alu,
·
Kemudian ditambah
sedikit air (10 ml), dan disaring didalam beaker glass,
·
Air kunyit didalam
beaker glass sebagian dituangkan pada petridish,
·
Kertas whattman
dicelupkan kedalam petridish dan dibolak balik hingga semua permukaannya rata
dengan air kunyit,
·
Kemudian kertas
saring/kertas whattman ditata diatas papan dan dikeringkan dengan menggunakan
oven.
B. Tes/uji
kandungan boraks dan formalin
1.
Paper Test Kunyit
·
Bahan sampel ditumbuk
dan ditambahkan sedikit air sehingga ekstraknya dapat diambil,
·
Kemudian diteteskan ke
paper test kit,
·
Diamati perubahan warna
yang terjadi. Perubahan warna menjadi coklat menunjukkan adanya boraks pada
makanan dan warna merah bata menunjukkan adanya formalin.
2.
Kulit Buah Naga
·
Makanan direndam
terlebih dahulu dalam air yang dicampur kulit buah naga selama 5 menit,
·
Diamati perubahan warna
yang terjadi,
·
Apabila terjadi
perubahan warna menjadi lebih merah, menunjukkan adanya formalin pada makanan,
·
Perubahan warna ungu
menunjukkan makanan yang mengandung boraks dan merah menunjukkan adanya
formalin.
3.
Ubi ungu
·
Ubi dicuci dan
bersihkan kemudian dihaluskan dengan menggunakan mortal dan ditambahkan air,
·
Bahan sampel direndam
terlebih dahulu dalam air yang dicampur ubi ungu selama 5 menit, Diamati perubahan
warna yang terjadi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
Hasil berbentuk tabel :
NO
|
BAHAN
|
Kunyit
|
Ubi
ungu
|
Kulit
buah naga
|
1.
|
Bakso
|
Coklat
|
Coklat
|
Coklat
|
2.
|
Mie
|
Merah
|
Merah
|
Merah
|
3.
|
Tahu
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
Tidak
berubah warna
|
Pembahasan
Formalin adalah
larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan kimia 37% Formaldehid
(metanal), 15 % metanol dan sisanya adalah Air. Sedangkan Boraks adalah senyawa
dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk padat, jika terlarut
dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
1. Kunyit
·
Tahu dihaluskan dan
ditambahkan air sebanyak 5 ml, kemudian ekstraknya tahu tersebut diambil dan
diteteskan pada paper test. Hasilnya negatif, tidak menunjukkan perubahan warna
dan tidak mengandung formalin maupun boraks.
2. Kulit
buah naga
·
Bakso dihaluskan dan
dicampurkan kedalam air kulit buah naga selama 5 menit, kemudian ekstraknya
tersebut diambil dan diteteskan pada paper test. Hasilnya positif, menunjukkan
perubahan warna menjadi coklat dan mengandung boraks.
3. Ubi
ungu
·
Mie dihaluskan dan
dicampurkan kedalam air ubi ungu selama 5 menit, kemudian ekstraknya tersebut
diambil dan diteteskan pada paper test. Hasilnya positif, menunjukkan perubahan
warna menjadi merah bata dan mengandung formalin.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Formalin adalah
larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan kimia 37% Formaldehid
(metanal), 15 % metanol dan sisanya adalah Air. Sedangkan Boraks adalah senyawa
dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk padat, jika terlarut
dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Dari praktikum yang telah dilakukan
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
·
Pada uji boraks sampel
yang positif mengandung boraks setelah di uji akan berwarna merah bata.
·
Pada perlakuan
perendaman dengan air menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang mengandung
boraks.
Saran
Saran yang dapat dikemukakan pada
praktikum ini adalah agar selalu melakukan praktik seperti ini dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi mengenai bahaya dan dampak dari penggunaan
bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan dalam makanan.
DAFTAR
PUSTAKA
Khamid, 1993. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Kompas
Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta.
Penerbit Kompas.
Anonim, 2012. Bahaya
Boraks dan Formalin pada Makanan.
http://gasloy.blogspot.com/,
diakses pada hari Selasa tanggal 30 April 2013.
Selasa tanggal 30 April 2013.
Aryani, S., 2006. Biokimia SMA Negeri 2 Semarang.
Semarang: Indie Publishing.
Laetitia, W., 2006. Formalin dan Boraks Sebagai Zat Pengawet Produk Pangan,
http://ut.ac.id/,
diakses pada hari Selasa tanggal 30 April 2013.
Wikipedia, 2013. Bakso.
http://id.wikipedia.com/, diakses pada hari Selasa tanggal 30
April 2013.
April 2013.