Ketik disini untuk menemukan yang anda cari >>>

Friday 3 March 2017

Laporan Praktikum Kimia 5 : " UJI KUALITATIF FORMULIR DAN BORAKS PADA MAKANAN "






PENDAHULUAN



Latar Belakang
Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa digunakan untuk mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat. Formalin merupakan bahan kimia yang disalahgunakan pada pengawetan tahu, mie basah, dan bakso. Formaldehid (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang padasuhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Djoko, 2006).
Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O serta asam borat yang tidak merupakan kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya digunakan dalam industri nonpangan seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu, dan produk antiseptik toilet (Didinkaem, 2007).
Di industri farmasi, boraks digunakan sebagai ramuan bahan baku obat seperti bedak, larutan kompres, obat oles mulut, semprot hidung, salep dan pencuci mata. Bahan industri tersebut tidak boleh diminum karena baracun (Winarmo, 1997).
Senyawa-senyawa asam boraks ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur sekitar 171°C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam boraksmerupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).
Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi.  Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 – 20 g atau lebih (Laetitia, 2006).
Tujuan Praktikum
·         Untuk mengetahui kandungan boraks pada makanan
·         Untuk mengetahui kandungan formalin pada makanan




TINJAUAN PUSTAKA



Boraks merupakan salah satu zat aditif pada makanan. Yakni zat yang ditambahkan dan dicampurkan pada makanan sewaktu pengolahan makanan dengan maksud untuk menarik (pewarna), menambah selera (pemanis), menyedapkan (penyedap), mengharumkan dan sebagai pengawet makanan serta pengenyal. Boraks yang dipergunakan sebagai pengenyal berupa sodium boraks, yang dalam istilah awamnya disebut bleng. Banyak makanan yang berasal dari Jawa mempergunakan bleng sebagai salah satu bahan dasar pengolahan makanan, seperti gendar atau puli, lopis, dan kerupuk gendar atau karak. Memang dari segi rasa, makanan tersebut digemari oleh masyarakat, karena selain enak, gurih, dan kenyal, juga tahan lama. Bleng juga dipergunakan dalam pembuatan bakso dan mie agar kenyal, menggurihkan makanan, serta tahan lama (Aryani, 2006).
Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional, batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih, itu ilegal, pelaku akan dipajara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram pangan (Wikipedia, 2013).
Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi.  Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 – 20 g atau lebih (Laetitia, 2006).
Senyawa kimia formaldehida (metanal atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraf ormaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksander Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reaksi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana danhidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia (Aras, 2013).
Formalin tidak diizinkan ditambahkan ke dalam bahan makanan atau digunakan sebagai pengawet makanan, tetapi formalin mudah diperoleh dipasar bebas dengan harga murah. Adapun landasan hukum yang dapat digunakan dalam pengaturan formalin, yaituUU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, UU Nomor8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Kepmenkes Nomor1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan, dan SK Memperindag Nomor 254/2000 tentang Tataniaga Impor dan Peredaran Bahan Berbahaya (Anonim, 2012).


BAHAN DAN METODA



Tempat Dan Waktu Praktikum
Kegiatan Praktikum Kimia Pertanian Dilaksanakan di Laboratorium Kebun Percobaan Universitas Pembangunan Panca Budi Medan Pada Hari Senin Tanggal 14 November 2016 Pukul 09:00 WIB.

Bahan Dan Alat
Bahan
            Kunyit 100 gram, kulit buah naga 100 gram, ubi Ungu 100 gram, sampel makanan (Bakso, mie, dan tahu) 100 gram, formalin, asam borat, air/aquadest, dan kertas saring/whattman.
Alat
            Tiga mortal dan alu, tiga beaker glass dan tiga petridish.

Metoda
A.    Pembuatan paper test
·         Kunyit ditumbuk halus dengan menggunakan mortal dan alu,
·         Kemudian ditambah sedikit air (10 ml), dan disaring didalam beaker glass,
·         Air kunyit didalam beaker glass sebagian dituangkan pada petridish,
·         Kertas whattman dicelupkan kedalam petridish dan dibolak balik hingga semua permukaannya rata dengan air kunyit,
·         Kemudian kertas saring/kertas whattman ditata diatas papan dan dikeringkan dengan menggunakan oven.
B.     Tes/uji kandungan boraks dan formalin
1.      Paper Test Kunyit
·         Bahan sampel ditumbuk dan ditambahkan sedikit air sehingga ekstraknya dapat diambil,
·         Kemudian diteteskan ke paper test kit,
·         Diamati perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna menjadi coklat menunjukkan adanya boraks pada makanan dan warna merah bata menunjukkan adanya formalin.
2.      Kulit Buah Naga
·         Makanan direndam terlebih dahulu dalam air yang dicampur kulit buah naga selama 5 menit,
·         Diamati perubahan warna yang terjadi,
·         Apabila terjadi perubahan warna menjadi lebih merah, menunjukkan adanya formalin pada makanan,
·         Perubahan warna ungu menunjukkan makanan yang mengandung boraks dan merah menunjukkan adanya formalin.
3.      Ubi ungu
·         Ubi dicuci dan bersihkan kemudian dihaluskan dengan menggunakan mortal dan ditambahkan air,
·         Bahan sampel direndam terlebih dahulu dalam air yang dicampur ubi ungu selama 5 menit, Diamati perubahan warna yang terjadi.



HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil Praktikum
Hasil berbentuk tabel :
NO
BAHAN
Kunyit
Ubi ungu
Kulit buah naga
1.
Bakso
Coklat
Coklat
Coklat
2.
Mie
Merah
Merah
Merah
3.
Tahu
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna


Pembahasan
Formalin adalah larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan kimia 37% Formaldehid (metanal), 15 % metanol dan sisanya adalah Air. Sedangkan Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
1.      Kunyit
·         Tahu dihaluskan dan ditambahkan air sebanyak 5 ml, kemudian ekstraknya tahu tersebut diambil dan diteteskan pada paper test. Hasilnya negatif, tidak menunjukkan perubahan warna dan tidak mengandung formalin maupun boraks.


2.      Kulit buah naga
·         Bakso dihaluskan dan dicampurkan kedalam air kulit buah naga selama 5 menit, kemudian ekstraknya tersebut diambil dan diteteskan pada paper test. Hasilnya positif, menunjukkan perubahan warna menjadi coklat dan mengandung boraks.
3.      Ubi ungu
·         Mie dihaluskan dan dicampurkan kedalam air ubi ungu selama 5 menit, kemudian ekstraknya tersebut diambil dan diteteskan pada paper test. Hasilnya positif, menunjukkan perubahan warna menjadi merah bata dan mengandung formalin.


KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan
Formalin adalah larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan kimia 37% Formaldehid (metanal), 15 % metanol dan sisanya adalah Air. Sedangkan Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
·         Pada uji boraks sampel yang positif mengandung boraks setelah di uji akan berwarna merah bata.
·         Pada perlakuan perendaman dengan air menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang mengandung boraks.
Saran
Saran yang dapat dikemukakan pada praktikum ini adalah agar selalu melakukan praktik seperti ini dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai bahaya dan dampak dari penggunaan bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan dalam makanan.



DAFTAR PUSTAKA



Khamid, 1993. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Kompas
Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.
Anonim, 2012. Bahaya Boraks dan Formalin pada Makanan.
http://gasloy.blogspot.com/, diakses pada hari Selasa tanggal 30 April 2013.
Aras, F., 2013. Uji Formalin 3. http://faisal-aras.blogspot.com/, diakses pada hari
            Selasa tanggal 30 April 2013.
Aryani, S., 2006. Biokimia SMA Negeri 2 Semarang. Semarang: Indie Publishing.
Laetitia, W., 2006. Formalin dan Boraks Sebagai Zat Pengawet Produk Pangan,
http://ut.ac.id/, diakses pada hari Selasa tanggal 30 April 2013.
Wikipedia, 2013. Bakso. http://id.wikipedia.com/, diakses pada hari Selasa tanggal 30
April 2013.
Wikipedia, 2013. Bleng. http://id.wikipedia.com/, diakses pada hari Selasa tanggal 30
            April 2013.