PRAKTIKUM PERBANYAKAN TANAMAN
MENCANGKOK TANAMAN JAMBU BIJI
Disusun Oleh:
GIDEON S
TELAUMBANUA
1613010128
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERBANYAKAN
TANAMAN
LABORATORIUM KEBUN PERCOBAAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu
melakukan pembiakan guna mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Tanaman
dapat melakukan pembiakan dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan dapat
melakukannya derngan cara generatif yaitu melalui perkawinan. Pembiakan pada
tanaman pada umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia
(terutama untuk tanaman-tanaman yang dibudidayakan dan diambil nilai ekonomi
dan artistiknya). Pada pembiakan dengan cara vegetatif biasanya dan sebagian
besar dilakukan oleh manusia agar diperoleh anakan yang sesuai dengan
harapan.Tanaman untuk memperbanyak jenisnya harus melakukan perkembangbiakan
agar terjadi perbanyakan atau agar tidak terjadi kepunahan. Perkembangbiakan pada
tanaman yang dibantu oleh manusia bisa disebut pembiakan tanaman. Salah
pembiakan tanaman adalah pembiakan dengan mencangkok yang biasa disebut
airlayerage atau disebut juga bumbun. Mencangkok merupakan salah satu upaya
pembiakan tanaman dalam pertanian. Pembiakan tanaman dapat dibedakan menjadi
dua yaitu secara vegetatif dan generatif (Ashari, 1995).
Tehnik perbanyakan vegetatif dengan
cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam
untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal istilah
batang bawah dan batang atas. Tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani
dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar
tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Mencangkok adalah suatu teknik
perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang
pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang timbulnya
akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya cabang yang
terkupas tadi diberi media tanah (Supri, 2003)
Mencangkok merupakan salah satu cara
pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang
memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan
dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan
tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian
rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis).
Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan
agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari
tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang
diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat
segera dipotong dan ditanam di lapang (Sulastri, 2004).
Pembiakan dengan metode mencangkok
biasanya dapat dilakukan pada tanaman-tanaman yang mempunyai sifat berkayu
(berkambium). Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam prosesnya dan mampu
menumbuhkan perakaran pada sekitar lapisan korteks tanaman. Namun hal ini dapat
dipatahkan dengan adanya pencangkokan pada pohon pepaya yang diketahui bahwa
pepaya merupakan tanaman dengan karakteristik tak berkayu. Meskipun mempunyai
pohon yang agak keras, peapaya tidak meliliki kambium pada struktur susunan
batangnya. Mencnagkok dapat dilakukan pada waktu apapun tapi lebih baik
dilakukan pada musim penghujan agar frekuensi untuk penyiraman secara manual
dapat berkurang (Salisbury dan Cleon, 1995).
Mencangkok merupakan salah satu cara
pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang
memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan
dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan
tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian
rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis).
Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan
agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari
tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang
diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus (Wudianto, 1999).
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara mencangkok
pada tanaman jambu batu.
Kegunaan Praktikum
1. Sebagai
salah satu syarat untuk lulus pada mata kuliah praktikum Sistem Perbanyakan
Tanaman
2.
Sebagai masukkan dan informasi pada
sistem perbanyakan tanaman.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang
membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya.
Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media
tanam. Sedangkan perbanyakn tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan
tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang, akar dan daun. Pemilihan dua
cara tersebut tergantung pada beberapa hal, diantaranya: tersedianya bahan
tanam, sifat tanaman, ketersediaan tenaga terampil, alat, atau srana serta
tujuannya (Salisbury dan Cleon, 1995).
Jenis – jenis tanaman yang biasanya
dibiakan dengan cara pencangkokan adalah pohon buah-buahan dan tanaman
hias,misalkan pada buah-buahan yaitu mangga,beberapa jenis jeruk,berbagai jenis
jambu,delima,lengkeng dll.pada tanaman-tanaman hias yaitu:bunga sakura,kemuning,soka,bugenvil,sri
rejeki,dll. Tanaman tanaman tersebut adalah tanaman yang berkayu yang mudah
untuk di cangkok.Adapun tanaman berkayu yang sulit untuk di cangkok,namun
karena ada caranya ahirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok.sebagai
misal adalah tanaman cemara atau tanaman berdaun jarum lainnya.Pengairan dan
Penyiraman,Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari
cangkokan/okulasi ditanam,penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi
dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu
kali sehari..Dan bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling
tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan
air Pemeliharaan Lain (Kusumo, 2001).
Jambu Biji (Psidium
guajava)
Tanaman buah jambu (Psidium
guajava) merupakan salah satu tanaman tropis.Tanaman ini dikenal
dengan sebutan jambu biji. Tanaman ini sudah digunakan sejak lama untuk
pengobatan tradisional terutama daun, kulit, dan buahnya. Tanaman ini
berasal dariMeksiko Selatan, Amerika Tengah.
Synonym: Guajava pyrifera (L.)
Kuntze, Myrtus guajava var. pyrifera (L.)
Kuntze,Myrtus guajava (L.) Kuntze, Psidium aromaticum, Psidium
cujavillus Burm. f., Psidium guajava var. cujavillum (Burman)
Krug and Urb., Psidium guajava var. guajava, Psidium
guava Griseb., Psidium guayava Raddi, Psidium
igatemyensis Barb. Rodr., Psidium pomiferum L., Psidium
pumilum var. guadalupense, Psidium pumilum Vahl, Psidium
pyriferum L.
Klasifikasi Jambu Biji
Menurut Tjitrosoepomo (1985),
klasifikasi jambu biji adalah sebagai berikut :
Morfologi Jambu Biji
Tanaman perdu atau pohon kecil
dengan tinggi sekitar 4-10 meter. Batang berkayu, bulat, kulit terkelupas dalam
potongan, licin, bercabang, berwarna cokelat kehijauan. Ruas tangkai teratas
segiempat tajam. Percabangan batang termasuk percabangan simpodial, yaitu
batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin
lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat
pertumbuhannya dibanding dengan cabangnya. Arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus).
Termasuk tumbuhan bienial, yaitu tumbuhan yang untuk hidupnya, dari tumbuh
sampai berbuah memerlukan waktu kurang lebih 2 tahun. Daun tunggal, bersilang
berhadapan, pada cabang-cabang mendatar seolah-olah tersusun dalam dua baris
pada satu bidang. Bertangkai pendek 3 mm sampai 7 mm. Bangun daun bulat
telur agak menjorong , pangkal membulat, tepi daun rata (integer),
ujung daun runcing (acutus), panjang 6-14 cm dengan lebar 3-6 cm.
Pertulangan daun menyirip (penninervis) dan berwarna hijau
kekuningan. Secara mikroskopis daun tunggal ,
bertangkai pendek, pendek tangkai daun 0,5 cm sampai 1 cm;
helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong atau bulat memanjang, panjang
5 cm sampai 13 cm, lebar 3 cm sampai 6 cm; pinggir daun rata agak menggulung ke
atas; permukaan atas agak licin, warna hijau kelabu; kelenjar minyak tampak
sebagai bintik-bintik berwarna gelap dan bila daun direndam tampak sebagai
bintik-bintik yang tembus cahaya; ibu tulang daun dan cabang menonjol pada
permukaan bawah, bertulang menyirip, warna putih kehijauan. Sistem akar dari
tanaman ini adalah akar tunggang (radix primaria), akar lembaga
tumbuh terus-menerus menjadi akar pohon yang bercabang-cabang menjadi akar yang
lebih kecil. Psidium guajava memiliki akar tunggang yang
bercabang (ramosus), yaitu berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus
ke bawah, bercabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga
memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang dan juga daerah perakaran
menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih
banyak. Bunga tunggal terletak di ketiak daun, bertangkai. Perbungaan terdiri 1
sampai 3 bunga. Panjang gagang perbungaan 2 cm sampai 4 cm. Bunga banci dengan
hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota bunga,
aktinomorf/zigomorf, berbilangan 4. Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang
1,5-2 cm, putih, segera rontok. Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali
diperpanjang di atas bakal buah, tepi kelopak sebelum mekar berlekatan menjadi
bentuk cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak sama, bulat
telur, warna hijau kekuningan. Bakal buah tenggelam, dengan 1-8 bakal biji tiap
ruang. Buah buni bundar, berbiji banyak. Termasuk buah sejati tunggal yang
berdaging. Lapisan luar tipis agak menjangat atau kaku dan lapisan dalam yang
tebal, lunak dan berair. Biji-bijinya terdapat bebas dalam bagian yang lunak
itu. Bagian muda berambut dan berwarna hijau tua. Kalau masak berwarna kuning,
berdaging yang menyelimuti biji-biji. Bentuk peer atau bentuk
bulat terbalik, berwarna kuning, panjang 5-8,5 cm,daging buah putih kekuningan
atau merah muda (Tjitrosoepomo, 1985).
BAHAN DAN
METODA
Waktu dan
Tempat
Kegiatan Praktikum Teknologi
Perbanyakan Tanaman Ini Dilaksanakan Pada Hari Senin Tanggal 06 November 2017
Pukul 14.00 WIB di Lingkungan Pemukiman Warga Jalan Multatuli, Keluarahan
Hamdam, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan.
Alat dan Bahan
Ada pun alat yang digunakan pada
pelaksanaan praktikum ini antara lain : Pisau, Kantongan Plastik, dan Tali Plastik.
Ada pun bahan yang digunakan pada
pelaksanaan praktikum ini antara lain : Bawang Merah, Pasir, Topsoil, dan Pupuk
Kandang.
Prosedur Kerja
·
Di pilih cabang yang akan dicangkok
·
Di sayat kira-kira sepanjang 5 cm, mengelilingi
diameter
·
Di kelupas kulit yang telah disayat terebut dengan
menggunakan pisau/silet
·
Di beri media tanam (pasir, topsoil dan pupuk kandang)
·
Dibungkus dengan plastik atau sabut kepala lalu di
ikat bungkusan tersebut
·
Di siram cangkokan tersebut.
HASIL
PRAKTIKUM
Hasil
Hasil dari
pencangkokan tanaman jambu batu dengan metode penggunaan bawang merah sebagai
perangsang akar alami.
PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum diketahui bahwa penggunaan media
cangkok dengan pupuk kandang, topsoil dan pasir yang dibalut dengan menggunakan
plastik berwarna hitam memberikan hasil yang baik, hal ini karena pada cangkok
ini diperlakukan baik dengan menyiram media cangkok tersebut setiap harinya
serta pada prinsipnya pupuk kandang, topsoil dan pasir dapat menyimpan air
cukup lama sehingga persediaan air untuk merangsang pembentukan akar pada
cangkokan akan terus terjaga. Selain dari pada pupuk kandang, topsoil dan
pasir, kami juga menggunakan bahan alami perangsang akar yaitu bawang merah
dimana bawang merah dapat merangsang akar pada cangkokan dengan proses cepat
dengan cara di tumbuh hancur dan di oleskan pada batang yang telah di kelupas.
Pembalut dengan plastik membuat temperatur cangkokan menjadi sesuai dan
kelembapannya seimbang. Sehingga teknik ini membuktikan bahwa pencangkokan yang
baik dapat menggunakan media pupuk kandang, topsoil dan pasir.
Tiap media yang digunakan untuk melakukan
pembudidayaan tanaman mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara media
satu dengan media lain. Tiap media yang digunakan mempunyai kandungan unsur
hara, tidak hanya unsur hara yang menjadikan media tanam tersebut sebagai media
yang baik, diantaranya mampu menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainasi
yang baik, tidak memiliki salinitas yang tinggi serta bebas dari hama penyakit.
Selain itu bahwa, seperti yang kemukakan oleh penemuan (Adinugraha, 2007) bahwa
pembentukan akar pada cangkok tingkat keberhasilannya lebih ditentukan oleh
sifat fisik media dibanding persyaratan yang lengkap diatas, akar tanaman dapat
tumbuh dengan sempurna.
Dalam mencangkok juga diperlukan perawatan yang
hati-hati karena tanaman hasil cangkok kebanyakan perakarannya menjadi lemah.
Mengapa demikian, karena tanaman hasil
cangkokan tersebut memiliki akar serabut sehingga tanaman akan mudah roboh. Ada
pun kegagalan dalam pencangkokkan diantaranya seperti kurang bersihnya pengkeratan
pada batang yang menyebabkan cambium masih tersisa pada batang yang dikerat
tersebut, sehigga aliran makannya masih
dapat berjalan hingga jaringan dibawahnya keratin cangkokan. Selain itu juga
disebabkan oleh alat pernyayatan yang kurang steril dan tidak adanya perawatan
dengan menyiram cangkokan.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah
dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini yaitu :
·
Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman
dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat
ditanam sebagai tanaman baru mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan
tanaman.
·
Penutup yang
digunakan dalam pencangkokkan ini juga berpengaruh pada tumbuhnya akar pada cangkokkan. Penutup yang berasal dari plastik ini
cukup efektif dalam menahan air agar tidak mudah lolos saat dilakukan
penyiraman pada pencangkokan sehingga mudah merangsang akar untuk tumbuh.
·
Menggunakan bawang merah sebagai perangsang akar alami
merupakan metode perlakuan yang mudah dan simpel.
Saran
Dalam praktikum ini hendaknya lebih
mempersiapkan tanaman yang benar-benar memenuhi kriteria tanaman untuk dapat
dicangkok. Disamping itu dalam proses pencangkokan harus lebih rajin dalam
penjagaan kelembapan media cangkok agar mendapatkan hasil cangkokan yang
optimal. Selain itu dalam pembarsihan cambium pada batang yang akan dicangkok
harus sebersih mungkin agar makanan yang disuplai daun menuju akar tidak sampai
ke bawah yang dapat menyebabkan tidak muncul pertumbuhan akar pada cangkokan.
DAFTAR
PUSTAKA
Adinugraha, Hamdan Adma. 2007. “Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis
Tanaman Acacia mangium”. Info Teknis 5 (2).
Ashari, S.
1995. Holtikultura. UI-PRESS, Jakarta.
Kusumo,S.2001. Zat
Pengatur Tumbuh Tanaman. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta.
Salisbury & Cleon, R. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
Sulastri, Yustina Sri. 2004. “Pengaruh Konsentrasi
Indole Butyric Acid (IBA) dan Lama Perendaman Terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk
Jambu Air”. Jurnal Hortikultura7 (4).
Supri. 2003. Kopolimerisasi Cangkok Gugus
Reaktif Asam Adipat dan Polistirena dengan Inisiator Benzoil Peroksida. Jurnal
Sains Kimia vol 7, no 1. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Tjitrosoepomo,
Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan, 32-235, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Tjitrosoepomo,
Gembong, 1985, Taksonomi Tumbuhan, 163,211,220 Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Wudianto, R. 1999. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar
Swadaya. Jakarta.